Sejak mewabahnya pandemi Covid-19 sekitar akhir Desember 2019 lalu, dunia pendidikan mulai tingkat PAUD, TK, SLTP/SLTA hingga perguruan tinggi tak luput terkena imbasnya, termasuk MAN Pacitan. Di Indonesia, penyebaran Covid-19 ke berbagai provinsi bahkan kabupaten/kota termasuk Pacitan, dalam waktu relatif pendek telah memaksa para pemangku kepentingan pendidikan mengambil keputusan untuk merumahkan siswa/mahasiswa belajar secara online. Format kelas tradisional tatap muka serta merta berubah menjadi moda pembelajaran online total dengan menggunakan berbagai perangkat manajemen sistem pembelajaran seperti WhatsApp, Instagram, Google Classroom, Zoom, Jitsi, Google Meet, dan lain-lain. Sebelum ini, banyak guru yang sudah nyaman dengan moda pembelajaran tradisional tatap muka di dalam kelas. Hanya segelintir pendidik yang secara terus menerus meningkatkan ilmu dan keterampilannya yang dianggap siap menerima perubahan moda pembelajaran. Realitanya, jumlah guru yang siap dengan moda pembelajaran online total belum banyak. Apalagi, jika dilihat dari fasilitas untuk menjalankan moda pembelajaran online total yang belum tentu memadai.

Senin, 13 Agustus 2018 12:02

PENUTUPAN INPUT DATA

Ditulis oleh
Minggu, 12 Agustus 2018 14:03

HASIL INPUT SISWA SELURUHNYA

Ditulis oleh
Sabtu, 11 Agustus 2018 18:20

HASIL INPUT DATA SISWA 2

Ditulis oleh
Jumat, 10 Agustus 2018 11:02

HASIL INPUT DATA SISWA

Ditulis oleh
Kamis, 28 Desember 2017 08:22

OSC with Avitex Membantu Siswa Kurang Mampu

Ditulis oleh

JAKARTA, KOMPAS.com - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) memberikan catatan akhir tahun pendidikan di 2017.

Salah satunya yaitu, dari pengamatan kualitatif FSGI, kekerasan di dunia pendidikan terlihat semakin masif dan mengerikan sepanjang tahun ini.

Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriawan Salim menyebutkan beberapa diantaranya yaitu siswa kelas 3 SD di Sukabumi bernama SR (9 tahun) yang tewas setelah terlibat perkelahian dengan temannya di belakang sekolah.

Meski berdasarkan autopsi, kematian SR bukan disebabkan pukulan temannya, namun pukulan tersebut mengakibatkan SR terjatuh dan pingsan.

"Karena SR memiliki sakit bawaan berupa pengentalan darah, maka posisi jatuh tersebut mengakibatkan darah yang kental tak bisa mengalir secara lancar," katanya dalam sebuah diskusi di LBH, Jakarta, Selasa (26/12/2017).

(Baca juga: Berkelahi dengan Temannya, Siswa SD di Sukabumi Tewas)

Satriawan menyebut kasus lain yang terjadi di Lombok Barat, di mana terjadi pemukulan terhadap sejumlah siswa yang kerap dilakukan oleh seorang guru.

Ironisnya, guru yang kerap melakukan pemukulan tersebut justru menjadi "andalan" kepala sekolah untuk "mendisiplinkan" siswa di sekolah itu.

Sejumlah video kekerasan juga sempat viral sepanjang 2017. Salah satunya yakni video yang memperlihatkan seorang guru yang menampar empat siswi di Maluku Tenggara Barat.

Kemudian ada video pemukulan siswa di Pontianak.

Kekerasan juga terjadi di luar sekolah, namun masih menyasar para pelajar. Pelakunya bahkan merupakan para senior dan alumni, seperti yang terjadi di kasus gladiator Bogor.

Kasus gladiator Bogor yang melibatkan siswa dan alumni dari SMA Budi Mulia dan SMA Mardiyuana tersebut menewaskan Hilarius.

(Baca juga: Maria Kisahkan Anaknya Dihajar Tanpa Ampun hingga Tewas dalam Duel ala Gladiator)

"Yang terakhir terjadi di Rumpin, yang menewaskan MRS karena luka bacok dan mengakibatkan korban meninggal kehabisan darah," ujar Satriawan.

FSGI menyayangkan masifnya kekerasan di dunia pendidikan. Menurut Satriawan, semestinya sekolah menjadi tempat yang aman baik bagi siswa maupun guru.

"Tapi ini terbalik. Sekolah menjadi tempat yang tidak aman, karena tidak hanya bullying tapi juga kekerasan fisik bahkan pembunuhan, itu terjadi di sekolah, bahkan pelakunya justru guru sendiri," kata dia.

Seharusnya, sekolah menjadi tempat yang aman sebagaimana analoginya sebagai rumah kedua.

Satriawan menyampaikan, FSGI pun memberikan masukan agar guru-guru diberi pelatihan cara mencegah dan menangani kekerasan di sekolah.

Pasalnya, menurut dia, banyak guru dan kepala sekolah yang gagap dalam menghadapi kekerasan di sekolah.

Selain itu, pemerintah diharapkan melakukan percepatan dan sosialiasi program sekolah ramah anak.

Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2017/12/26/17513181/federasi-serikat-guru-2017-kekerasan-di-dunia-pendidikan-makin-masif