JAKARTA, KOMPAS.com - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) memberikan catatan akhir tahun pendidikan di 2017.
Salah satunya yaitu, dari pengamatan kualitatif FSGI, kekerasan di dunia pendidikan terlihat semakin masif dan mengerikan sepanjang tahun ini.
Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriawan Salim menyebutkan beberapa diantaranya yaitu siswa kelas 3 SD di Sukabumi bernama SR (9 tahun) yang tewas setelah terlibat perkelahian dengan temannya di belakang sekolah.
Meski berdasarkan autopsi, kematian SR bukan disebabkan pukulan temannya, namun pukulan tersebut mengakibatkan SR terjatuh dan pingsan.
"Karena SR memiliki sakit bawaan berupa pengentalan darah, maka posisi jatuh tersebut mengakibatkan darah yang kental tak bisa mengalir secara lancar," katanya dalam sebuah diskusi di LBH, Jakarta, Selasa (26/12/2017).
(Baca juga: Berkelahi dengan Temannya, Siswa SD di Sukabumi Tewas)
Satriawan menyebut kasus lain yang terjadi di Lombok Barat, di mana terjadi pemukulan terhadap sejumlah siswa yang kerap dilakukan oleh seorang guru.
Ironisnya, guru yang kerap melakukan pemukulan tersebut justru menjadi "andalan" kepala sekolah untuk "mendisiplinkan" siswa di sekolah itu.
Sejumlah video kekerasan juga sempat viral sepanjang 2017. Salah satunya yakni video yang memperlihatkan seorang guru yang menampar empat siswi di Maluku Tenggara Barat.
Kemudian ada video pemukulan siswa di Pontianak.
Kekerasan juga terjadi di luar sekolah, namun masih menyasar para pelajar. Pelakunya bahkan merupakan para senior dan alumni, seperti yang terjadi di kasus gladiator Bogor.
Kasus gladiator Bogor yang melibatkan siswa dan alumni dari SMA Budi Mulia dan SMA Mardiyuana tersebut menewaskan Hilarius.
(Baca juga: Maria Kisahkan Anaknya Dihajar Tanpa Ampun hingga Tewas dalam Duel ala Gladiator)
"Yang terakhir terjadi di Rumpin, yang menewaskan MRS karena luka bacok dan mengakibatkan korban meninggal kehabisan darah," ujar Satriawan.
FSGI menyayangkan masifnya kekerasan di dunia pendidikan. Menurut Satriawan, semestinya sekolah menjadi tempat yang aman baik bagi siswa maupun guru.
"Tapi ini terbalik. Sekolah menjadi tempat yang tidak aman, karena tidak hanya bullying tapi juga kekerasan fisik bahkan pembunuhan, itu terjadi di sekolah, bahkan pelakunya justru guru sendiri," kata dia.
Seharusnya, sekolah menjadi tempat yang aman sebagaimana analoginya sebagai rumah kedua.
Satriawan menyampaikan, FSGI pun memberikan masukan agar guru-guru diberi pelatihan cara mencegah dan menangani kekerasan di sekolah.
Pasalnya, menurut dia, banyak guru dan kepala sekolah yang gagap dalam menghadapi kekerasan di sekolah.
Selain itu, pemerintah diharapkan melakukan percepatan dan sosialiasi program sekolah ramah anak.
Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2017/12/26/17513181/federasi-serikat-guru-2017-kekerasan-di-dunia-pendidikan-makin-masif