Tidak meratanya fasilitas koneksi internet terutama di daerah-daerah terpencil seperti halnya Kabupaten Pacitan dengan daerah gunung berbukitnya dan perangkat pendukung pembelajaran seperti spesifikasi telepon genggam dan laptop atau PC jika pembelajaran dilakukan secara online penuh, membuat hal ini menjadi sebuah ironi. Tak perlu menyalahkan siapa yang paling bertanggung jawab atas situasi seperti saat ini. Partisipasi semua pihak pemangku kepentingan pendidikan untuk saling bantu dan bekerja sama menyebar informasi tentang bagaimana melakukan pembelajaran moda online di dalam kelas-kelas mereka. Guru yang berkompeten memberikan pemahaman kepada guru yang belum cukup kompetensi di bidang IT. Kesenjangan dan kekurangan di sana sini tentu harus dimaklumi karena memang belum ada persiapan terstruktur yang direncanakan untuk mengatasi masalah yang muncul tak terduga seperti pandemi Covid-19 ini.
Juga harus diketahui, meskipun teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat namun belum pernah terjadi pembelajaran online secara besar-besaran yang diterapkan di hampir seluruh wilayah di Indonesia seperti saat ini. Jika ada bencana lokal atau regional, pembelajaran sekolah bukan dialihkan menjadi online, melainkan hanya diliburkan selama beberapa minggu saja. Pandemi ini telah nyata-nyata memaksa kita untuk mengubah moda interaksi dan komunikasi, bukan saja di di Indonesia saja tetapi di seluruh dunia.
Tantangan guru saat ini adalah bagaimana tetap melaksanakan proses pembelajaran dengan tetap mengedepankan pencapaian tujuan pembelajaran melalui media pembelajaran online yang ada dan dapat diakses oleh guru dan siswa. Meski banyak alternatif media pembelajaran online, tidak semua dapat menggunakannya karena berbagai alasan seperti kurangnya pengetahuan, keterampilan, tidak memadainya fasilitas, ketersediaan koneksi internet, dan lain-lain. Bagi guru yang telah terbiasa dengan menggunakan teknologi dalam mengajar, tentu perubahan ini bukan sesuatu yang sulit. Namun, bagi yang belum terbiasa bahkan belum pernah melakukannya, hal ini bisa memberi dampak yang luar biasa signifikan bahkan bisa membuat guru stress dan sangat terbebani. Perubahan pembelajaran dari tradisional menjadi online total bukanlah hal mudah seperti layaknya orang pindah moda komunikasi pesan pendek (SMS) ke Whatsapp. Banyak hal yang perlu dipelajari lagi, dicermati lagi, dan tentu saja semua membutuhkan ketrampilan menyerap informasi, navigasi, adaptasi, dan solusi.
Butuh waktu untuk terampil dalam melaksanakan pembelajaran online. Dengan kondisi serba mendadak, tentu saja ketahanan, ketelatenan, dan kemampuan belajar dalam waktu singkat sangat diperlukan. Seseorang yang lamban dalam penyerapan aplikasi teknologi tentu saja akan sangat keberatan dan bisa saja menyerah sebelum “perang”. Alih-alih dapat melaksanakan pembelajaran dengan efektif, yang terjadi adalah justru pemberian tugas berlimpah ruah tanpa ada ruang bagi siswa untuk melalui proses input informasi, internalisasi, dan olah hasil, bahkan tanpa umpan balik. Di sinilah proses belajar mengalami reduksi. Meski dapat dimaklumi, kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Artinya, harus ada langkah-langkah mitigasi yang terstruktur jika suatu saat diperlukan pembelajaran online total di masa mendatang. Kompleksitas masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran online total memang ditengarai menimbulkan banyak problematika. Namun, situasi seperti ini juga dapat dilihat sebagai sebuah titik balik yang krusial bagi dunia pendidikan Indonesia ke depan.
Transformasi proses pembelajaran tradisional menjadi online total karena Covid-19 ini tak menyisakan banyak pilihan bagi para guru kecuali terus melaksanakan proses pembelajaran. Tuntutan kinerja dan kualitas pendidikan tetap harus dikawal meski banyak penyesuaian di sana sini. Dengan berbagai keterbatasan, para guru dituntut untuk dapat beradaptasi sebaik mungkin dengan kondisi seperti saat ini. Mereka dituntut untuk belajar lagi, membuka wawasan, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mempertahankan kinerja mengajar dengan baik. Urgensi transformasi edukasi sedang terjadi. Bertransformasi dari pembelajaran tradisional menjadi online total, media pembelajaran kertas dan bolpen menjadi layar dan keyboards, transportasi menjadi aplikasi dan kuota data. Proses transformasi pengetahuan, ketrampilan, dan kinerja tengah berlangsung. Berhasil tidaknya belum terukur. Yang terpenting adalah terjaganya spirit belajar para siswa dan guru.
Semangat long life education telah bergemuruh secara masif. Media pembelajaran bermacam-macam telah mewarnai kelas-kelas online di Indonesia di semua tingkat pendidikan. Orang tua pun tak lepas dari proses transformasi ini. Telepon genggam yang semula hanya media game, kini berubah menjadi media belajar. Orang tua pun dipaksa untuk mengalah karena telepon genggam mereka dipakai untuk kelas online anak-anak mereka. Belum lagi waktu yang didedikasikan oleh para orang tua untuk mendampingi anak-anak mereka belajar di rumah. Banyak hikmah pembelajaran dari pandemik ini. Bahwa belajar itu bisa sukarela tetapi juga bisa dipaksa, bisa dalam senang tetapi juga bisa dalam susah.
Untuk para guru, menjadi pembelajar sepanjang hayat bukanlah sebuah pilihan tetapi sebuah kewajiban. Mari bersama-sama bertransformasi dalam hal pengetahuan, ketrampilan, dan kinerja kita.
Tantangan ke depan tak akan pernah menjadi lebih mudah. Perubahan yang telah terjadi saat ini adalah investasi pengetahuan dan pengalaman untuk masa depan. Kegagalan saat ini adalah keuntungan berharga untuk perbaikan masa depan pendidikan negeri kita. Transformasi adalah sebuah proses panjang yang tak pernah berujung. Transformasi bukanlah hasil, transformasi adalah perubahan-perubahan yang ditancapkan menjadi tonggak-tonggak titik balik bagi perbaikan di masa mendatang.